Takrif (Pengertian) Iman

TAKRIF IMAN

.

IMAN menurut lughah (bahasa yang biasa digunakan sehari-hari) berarti percaya. Sebab itu orang yang beriman dikatakan orang yang percaya. Siapa yang percaya maka dia dikatakan beriman. Tidak ada uraian tentang bagaimana cara dan syarat percaya yang dimaksud.

Yang kedua takrif (pengertian) iman menurut istilah syariat Islam adalah seperti disabdakan oleh Rasulullah SAW yang  berbunyi:

Terjemahan: Iman adalah mengenal dengan hati, mengucapkan dengan lidah dan mengamalkan dengan jasad (anggota lahir).
(At Tabrani)

Dengan Hadits itu kita diberitahu bahwa iman adalah keyakinan yang dibenarkan oleh hati, diucapkan dengan mulut (lidah) dan dibuktikan dengan amalan. Ringkasnya orang yang beriman adalah orang yang percaya, mengaku dan mengamalkan. Tanpa ketiga syarat itu, orang itu belum dapat dikatakan memiliki iman yang sempurna. Bila satu dari tiga faktor itu tidak ada, maka dalam Islam orang itu akan dimasukkan pada golongan lain, mungkin fasik, munafik atau kafir.

Mari kita lihat apa yang terjadi pada orang yang tidak memenuhi ke-3 syarat iman tersebut:

  1. Seseorang yang beriman dengan ucapan ‘Lailahaillallah’ dan memiliki keyakinan, tetapi tidak beramal atau amalnya tidak sempurna sebagaimana yang dikehendaki, dimasukkan dalam golongan mukmin yang fasik atau mukmin ‘asi (durhaka). Di Akhirat nanti tempat mereka adalah Neraka. Bila iman yang dimiliki itu sah, maka masih ada peluang untuknya ke Syurga, setelah disiksa dengan siksaan yang pedih.
  2. Seseorang yang memiliki keyakinan tetapi tidak mau mengikrarkan ‘Lailahaillallah’ baik beramal atau tidak, dimasukkan dalam golongan kafir. Ada juga qaul yang memasukkan mereka dalam golongan fasik. Tapi menurut qaul yang lebih kuat, mereka termasuk golongan kafir. Bila meninggal mereka tidak boleh dikuburkan di tanah perkuburan Islam, dan di Akhirat nanti akan kekal tersiksa dalam Neraka.
  3. Seseorang yang mengucapkan ‘Lailahaillallah’, kemudian beramal dengan segala tuntutannya (sedikit atau banyak) tetapi keyakinannya masih diliputi keragu-raguan, digolongkan sebagai orang munafik. Ragu-ragu yang dimaksudkan di sini bukan saja pada Allah, tetapi mungkin pada Rasul, malaikat, kitab, hari Kiamat atau qadha dan qadar.

Saya akan memberikan beberapa contoh bagaimana ragu-ragu itu dapat terjadi:

  1. Ragu-ragu tentang kerasulan salah seorang dari nabi dan rasul yang wajib diimani. Misalnya ketika mengkaji tentang riwayat hidup Nabi Ayub a.s., kemudian dia ragu-ragu tentang kenabian Nabi Ayub a.s. Bila terjadi seperti itu, walau sebanyak apa pun ucapan ’Lailahaillallah’ dan amalan-amalannya, ia tetap termasuk dalam golongan munafik.
  2. Ragu tentang kebenaran salah satu dari ayat-ayat Al Quran. Misalnya di dalam ayat berikut:

    Terjemahan: Dan barang siapa yang bertakwa kepada Allah, akan Allah lepaskan dari kesusahan hidup dan diberi-Nya rezeki dari sumber yang tidak diduga.
    (At Thalaq: 2-3)

    Ketika dia membaca ayat tersebut, timbul rasa ragu dalam dirinya. “Bagaimana bisa begitu ?” katanya. “Bukankah rezeki mesti dicari dengan usaha dan ikhtiar, tidak datang sendiri secara tiba-tiba. Mungkin itu bukan ayat Al Quran!” Kalau ada pikiran seperti itu, maka dia termasuk dalam golongan munafik, walaupun mengucapkan dua kalimat syahadat dan mengerjakan amal soleh.

  3. Ragu-ragu tentang qadha dan qadar dari Allah. Misalnya suatu hari anaknya meninggal ditabrak mobil. Dengan perasaan sedih dan marah, terlintas di hatinya, “Kalau tidak karena mobil itu, tentu anakku tidak akan mati.” Bila keyakinannya tidak diperbaharui dan tidak bertaubat, maka ia tetap dalam golongan munafik.

Contoh-contoh di atas bisa kita kiaskan dalam soal-soal yang lain. Saya ingin mengulang kembali bahwa keragu-raguan itu mungkin dalam bentuk jahil, syak, dzan atau waham. Dan hukum munafik itu akan jatuh pada orang yang ragu-ragu walaupun teIah mengucapkan dua kalimat syahadah.

Orang munafik dalam pengertian yang lain adalah orang-orang yang melahirkan suasana Islam tetapi menyembunyikan kekufuran. Artinya mereka berpura-pura Islam pada lahirnya tetapi hati mereka tidak menerima Islam. Orang munafik hakikatnya adalah orang kafir. Bahkan bagi orang Islam, orang munafik lebih berbahaya daripada orang kafir.

Orang kafir merupakan musuh yang jelas, sedangkan orang munafik susah untuk dikenal sebab secara lahiriah, mereka tidak ada bedanya dengan orang Islam. Orang munafik dapat kita ibaratkan sebagai musuh dalam selimut atau gunting dalam lipatan.

Allah SWT menerangkan ciri-ciri orang munafik dengan firman-Nya:

Terjemahan: Dan apabila kamu melihat mereka, tubuh-tubuh mereka menjadikan kamu kagum dan apabila mereka berkata, kamu (tertarik) mendengar perkataan mereka (namun demikian) mereka adalah seakan-akan kayu yang tersandar (yakni tidak memahami kebenaran). Mereka mengira bahwa tiap-tiap teriakan yang keras ditujukan kepada mereka. Mereka itulah musuh (yang sebenarnya), maka waspadalah terhadap mereka semoga Allah membinasakan mereka. Bagaimanakah mereka sampai dipalingkan (dari kebenaran)?
(Al Munafiqun: 4)

Terjemahan: Dan di antara manusia ada orang yang ucapannya tentang kehidupan dunia menarik hatimu, dan dipersaksikannya kepada Allah (atas kebenaran) isi hatinya, padahal ia adalah penentang yang paling keras.
(Al Baqarah: 204)

Bahkan di Akhirat nanti Allah akan memberikan siksaan yang pedih pada orang munafik. Firman-Nya:

Terjemahan: Kabarkanlah pada orang-orang munafik bahwa mereka akan mendapat siksaan yang pedih.
(An Nisa: 138)

Terjemahan: Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka, dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolong pun bagi mereka.
(An Nisa: 145)

Demikianlah Allah akan menghinakan orang-orang munafik  lebih hina dari orang kafir, yaitu orang yang tidak pernah mengucap dua kalimat syahadah sama sekali. Mereka yang hatinya sama sekali tidak percaya, walaupun beramal, adalah orang kafir, yaitu kafir sejati. Di Akhirat kelak akan kekal selama-lamanya dalam Neraka.

Firman Allah:

Terjemahan: Sesungguhnya binatang-binatang (makhluk) yang paling buruk di sisi Allah adalah orang kafir karena mereka itu tidak beriman.
(Al Anfal: 55)

Sekarang akan saya terangkan di mana titik tolak atau garis pembatas yang menjadikan seseorang itu beriman atau tidak. Untuk itu kita ikuti apa yang diriwayatkan oleh Sayidina Umar Ibnu Khattab:

Terjemahan: Dari Umar Al Khattab r.a. berkata: Pada suatu hari ketika kami duduk di samping Rasulullah SAW, tiba-tiba muncul seorang lelaki di hadapan kami yang pakaiannya terlalu putih dan rambutnya terlalu hitam, tidak terdapat padanya tanda-tanda orang yang bermusafir tetapi tidak seorang pun dari kami mengenalinya. Dia mendekati Nabi SAW, dengan duduk menyandarkan lututnya bertemu dengan lutut Rasulullah dan kedua tapak tangannya diletakkan ke atas kedua paha Rasulullah. Dan dia terus bertanya, “Wahai Muhammad, kabarkan padaku mengenai Islam.” Maka Rasulullah SAW bersabda, “Islam adalah kamu mengucapkan pengakuan (syahadah):

dan kamu dirikan shalat dan kamu keluarkan zakat dan kamu berpuasa (dalam bulan) Ramadhan dan menunaikan haji di Baitullah jika berkemampuan ke sana.”…“Benarlah kamu”. Kata-katanya itu mengherankan kami karena dia yang bertanya dan dia juga yang membenarkannya.

Dan seterusnya dia bertanya lagi, “Kabarkan padaku mengenai iman.” Rasulullah bersabda, “Bahwa kamu beriman kepada Allah, malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, Hari Akkirat dan ketentuan baik dan buruknya (qadha dan qadar) dari Allah.” “Benar,” dia mengakuinya dan bertanya lagi, “Kabarkan padaku apa itu ihsan?” Rasulullah berkata “Ihsan adalah kamu menyembah Allah seakan-akan kamu melihat-Nya, jika tidak sesungguhnya Dia senantiasa memperhatikan kamu.” “Benar,” jawab lelaki itu.

Tanyanya lagi, “Ceritakan padaku mengenai Hari Kiamat?” Rasulullah menjawab, “Orang yang ditanya mengenainya tidak lebih mengetahui dari orang yang bertanya.” “Kalau begitu terangkan kepadaku tanda-tandanya.” Baginda bersabda, “Ketika hamba-hamba melahirkan tuan-tuannya dan kamu dapat melihat mereka yang berkaki ayam, tidak berpakaian dan melarat bagaikan pengembala kambing berlomba-lomba mendirikan bangunan (mewah).”

Kemudian itu dia pun beranjak dan kamipun terdiam tidak berkata apa-apa. Lalu baginda bersabda, “Apakah kamu kenal siapa yang bertanya itu?” Aku berkata, “Allah dan Rasul-Nya yang lebih mengetahui.” Baginda menjelaskan, ”Dialah Jibril, yang datang kepada kamu untuk mengajar kamu mengenai agama.”
(Riwayat Muslim)

Dari dialog yang terjadi, kita mengerti bahwa batas antara Islam atau tidaknya seseorang adalah pada kalimat Lailahaillallah Muhammadarrasulullah (Tidak ada Tuhan yang berhak disembah selain Allah, Dan Nabi Muhammad adalah pesuruh Allah).

Apabila seseorang mengucapkan kalimat tersebut, maka ia menjadi seorang Islam. Tetapi belum bisa dikatakan beriman, walaupun ia mengerjakan shalat puasa, zakat dan haji. Hal itu diberitahukan oleh Allah SWT dalam firman-Nya:

Terjemahan: Orang Arab Badwi itu berkata, “Kami telah beriman.” Katakanlah (pada mereka), “Kamu belum beriman.” Tetapi katakanlah olehmu, “Kami telah tunduk (Islam),” karena iman itu belum masuk ke dalam hatimu, dan jika kamu taat kepada Allah dan Rasul-Nya, Dia tidak akan mengurangi sedikit pun (pahala amalanmu, sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
(Al Hujurat: 14)

Ayat itu Allah wahyukan kepada Rasulullah ketika beberapa orang Arab Badwi datang kepada Rasulullah dan mengatakan, “Kami telah beriman,” hanya karena telah mengucapkan  “Lailahaillallah” dan mengerjakan amalan-amalan yang diperintahkan. Dari ayat itu dapat diambil kesimpulan bahwa:

  1. Seorang yang Islam belum pasti beriman, tetapi seorang yang beriman sudah pasti Islam.
  2. Islam dapat diketahui melalui amalan-amalan lahir, sedangkan iman adalah amalan hati (batin).

Lanjutan dari ayat di atas, di surat Al Hujurat ayat 15 Allah menerangkan ciri-ciri iman:

Terjemahan: Sesungguhnya orang yang sebenarnya beriman hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan Rasul-Nya kemudian mereka tidak ragu-ragu dan mereka berjihad dengan harta dan jiwa mereka pada jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar.
(Al Hujurat: 15)

Untuk menjadi orang yang beriman, ucapan itu mesti dipelajari maksud dan tuntutannya, kemudian dipahami, diyakini (tanpa ragu) serta dihayati untuk diamalkan.

Keraguan seseorang yang mengucapkan dua kalimat syahadah baik tentang maksud kalimat itu atau tentang rukun Iman yang lain dapat terjadi dengan empat bentuk:

  1. JAHIL         –     Seseorang yang tidak tahu menahu tentang iman sedikit atau banyak.
  2. SYAK          –     Keyakinan 50%, keraguan 50%.
  3. DZAN         –     Keyakinan 75%, keraguan 25%.
  4. WAHAM     –     Keyakinan 25%, keraguan 75%.

Apabila iman seseorang dicampur dengan jahil, syak, dzan atau waham, maka ia belum dapat dikatakan beriman. Sebaliknya, seseorang yang mengucapkan kalimat tauhid dengan keyakinan yang100%, tanpa diliputi oleh satu dari empat hal tersebut, maka termasuk dalam golongan orang yang beriman.Hanya orang itulah yang sanggup mengerjakan semua perintah Allah dan meninggalkan semua larangan Allah.

Mengerjakan semua yang diperintahkan dan meninggalkan semua yang dilarang bukanlah satu sikap yang mudah diperoleh. Hal itu hanya mungkin dimiliki oleh seseorang yang memahami dan meyakini kalimat syahadatnya dengan sungguh-sungguh serta menghayati semua tuntutan-tuntutannya untuk dilaksanakan sepenuhnya. Di antara tuntutan kalimat syahadat itu adalah:

  1. Mengabdikan diri hanya pada Allah. Amalan-amalan dalam hidup sehari-hari kecil atau besar, penting atau tidak, semuanya dijadikan ibadah pada Allah dengan memenuhi lima syarat sebagai berikut:
  • Niat mesti betul (karena Allah)
  • Pelaksanaan mesti betul (mengikut syariat)
  • Perkara yang dibuat sah menurut Islam.
  • Natijah/hasilnya digunakan pada jalan Allah.
  • Tidak meninggalkan hal-hal asas seperti shalat, puasa dan lain-lain.
  1. Tidak ada yang diredhai sebagai Tuhan selain Allah
  2. Tidak ada yang ditakuti selain Allah.
  3. Tidak ada yang lebih dicintai daripada mencintai Allah.
  4. Tidak ada tempat menyerahkan diri selain pada Allah.

Apabila tuntutan-tuntutan itu ditunaikan dan dihayati sepenuhnya, barulah menjawab sabda Rasulullah SAW:

Terjemahan: Siapa yang mengucapkan Laa ilaha ilallah masuk Syurga.
Jaminan Syurga itu akan didapatkan apabila ucapan kalimat syahadah diiringi dengan keyakinan yang kuat, jiwa takwa dan tindakan untuk menunaikan semua tuntutan yang terdapat di dalamnya.

Dalam suatu Hadits, Rasulullah SAW bersabda yang artinya:

Seseorang yang mengucapkan Laa ilaha ilallah akan memberi manfaat yang besar pada orang banyak kalau dia menunaikan haknya. Sahabat-sahabat bertanya, “Apakah hak kalimat itu, Ya Rasulullah?”  Jawab baginda,“Menegakkan Amar Ma’ruf dan nahi Mungkar”.
Sesungguhnya kalimat syahadah yang menjadi syarat Islam dan imannya seseorang itu mengandung arti dan maksud yang luas. Tinggi atau rendahnya iman seseorang tergantung pada tingginya keyakinan dan banyaknya tuntutan-tuntutan yang ditunaikan. Kalau keyakinannya tinggi dan tuntutannya banyak yang diamalkan, maka tinggilah tingkat imannya. Sebaliknya kalau keyakinannya kurang, dan tuntutan yang ditunaikan sedikit, maka rendahlah tingkat imannya.

Sumber :  Abuya Syeikh Imam Ashaari Muhammad Attamimi, “Iman dan Persoalannya”

Pos ini dipublikasikan di Motivasi. Tandai permalink.

20 Balasan ke Takrif (Pengertian) Iman

  1. syamsul ma'arif berkata:

    Assalamu’alaikum Wr Wb
    Banyak orang yang mengaku Iman, tapi kurang mengerti apa sih yang dinamakan iman itu??
    Bagi saya sendiri, pengertian Iman menurut bahasa adalah percaya
    Iman menurut Istilah adalah mengucap syahadat untuk Allah dan untuk Rasulullah, meyakini di dalam hati, diucapkan dengan lisan dan diamalkan dengan anggota badan kita (amar ma’ruf nahi munkar)
    jika sudah menyatakan ikrar seperti tersebut, maka wajiblah kita untuk bertaqwa (melaksanakan perintah dan menjauhi larangan allah)
    wassalamu’alaikum Wr Wb

  2. Alif Lutfiyana berkata:

    Assalamu’alaikum

    Iman adalah percanya dan yakin, mengucapkan dengan lisan dan di buktikan dengan perbuatan, ,. Bila orang hanya mengaku agama Islam tetapi tidak beriman maka dia amatlah rugi, , ,.

    Wassalamu’alaikum

  3. Sangga Pramana Wicaksana berkata:

    Assalamualaikum, Wr.Wb

    Saya baru tau kalau iman seseorang itu ada tingkat-tingkatannya, dan orang munafik adalah musuh dalam selimut, yang menarik dalam perkataannya di dunia dan orang munafik itu lebih sulit di temukan dariapada orang kafir karena secara lahiriyah sama dengan muslim yang lain.Hendaknya dalam beriman kita tidak tanggung-tanggung tapi dalam menuju keimanan 100% tanpa keraguan kita tidak perlu harus berhasil pada saat kali pertama.

    Wassalamualaikum, Wr.Wb

  4. TRI WAHYU KUNINGSIH berkata:

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Iman artinya percaya. Percaya yang dimaksud adalah percaya dengan sepenuh hati, bukan hanya dengan lisan saja tetapi juga ditunjukkan dengan amal perbuatan.
    karena dengan iman yang kuat hidup kita tidak akan terombang – ambing oleh apapun.
    Iman dan Islam akan menyelamatkan kita…Insya AlLAh….

  5. SUKMA JUNI LISTYATI berkata:

    Assalamu’alaikum wr.wb. …..
    Iman menurut bahasa ialah percaya.
    Kepercayaan harus lah diimbangi dengan perbuatan atau tingkah laku. Tapi banyak orang yang hanya bicara masalah percaya lewat mulut saja, tidak bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
    Dan hal tersebut membuat orang lain salah dalam menafsirkan apa itu percaya..

    Padahal kepercayaan (percaya) yang dimiliki oleh setiap manusia itu akan menimbulkan cinta.
    Terutama percaya atau cinta kepada Allah SWT,,,

    Wassalamu’alaikum wr.wb. ….

  6. JOHAN ABDULLAH berkata:

    Assalamualaiku Wr. Wb.

    Iman artinya percaya. Iman manusia kadang naik kadang turun, sehingga mempengaruhi ketaqwaan kita kepada AlLah SWT. Oleh karena itu kita harus berusaha untuk selalu meningkatkan iman kita supaya selalu dalam Lindungan AlLah SWT.

  7. SLAMET ROZIKIN berkata:

    Assalamualaikum Wr. Wb.

    Iman kita memang tidak selalu meningkat, tapi kita harus selalu berusaha meningkatkan iman kita.

  8. Novi Effiana Putri berkata:

    Assalamu ‘alaikum wr.wb

    Rukun Iman ada 6 :

    1. Iman kepada Allah SWT
    2. Iman kepada Malaikat – Malaikat Allah SWT
    3. Iman kepada Kitab – Kitab Allah SWT
    4. Iman kepada Rasul – RAsul Allah SWT
    5. Iman kepada Hari Kiamat
    6. Iman kepada Qada’ dan Qadar dari Allah SWT

    Saya sebagai muslimah, beriman pada rukun Iman……

    Wassalamu ‘alaikum Wr.wb

  9. M. Facrurrokhman Dika (02.208.2948) berkata:

    Assalamu’alaikum Wr. Wb.

    al iman lughotan : al yaqin
    ishthilahan : al yaqinu fil qolbi, wat talqinu bil lisan, wal ‘amalu bil arkan

    seperti yang dijelaskan diatas, syarat iman ada 3. yaitu, keyakinan di dalam hati, pelafalan dengan lisan, dan berbuat dengan jasad.

    banyak dari umat muslim yang menyatakan dirinya beriman, tetapi tak sadar bahwa sesungguhnya mereka telah melalaikan syarat yang ke-3, yaitu pengamalan. sering kali perbuatan kita sehari-hari berbanding terbalik dengan pengakuan keimanan kita.

    keimanan, haruslah secara “kaffah”, tidak boleh setengah-setengah, bila kita ragu atau bahkan ingkar pada sebagian dari apa yang telah diajarkan dalam islam, maka sama saja kita telah ingkar pada semuanya.

    Sekian,
    Wassalamu’alaikum Wr. Wb.

  10. Harly Alfarisi berkata:

    Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
    Orang yang beriman ialah orang yang percaya, mengaku dan beramal. Tanpa tiga syarat ini, seseorang itu belumlah dikatakan beriman yang sempurna.
    Ketiadaan satu dari yang tiga itu, sudah lainlah nama yang Islam berikan pada seseorang itu, yaitu fasik, munafik atau kafir.
    mudah-mudah kita slalu dalam keimanan dan ketakwaan.amin.
    wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatu.

  11. Ida Ayu T. berkata:

    Ass . . wr.wb .

    banyak orang di dunia ini yang mengaku beriman . Namun banyak diantara mereka yang tidak percaya , tidak yakin dengan apa nikmat yang diberikan oleh Allah SWT baik berupa cobaan ataupun kesenangan . Sebagai manusia yang beriman tentunya kita lebih banyak bersyukur atas apa yang diberikan.
    Iman bukan hanya terucapkan secara lisan saja. Namun juga dibuktikan dengan perbuatan yang nyata. semoga kita umat Islam selalu berada di dalam keimanan dan ketakwaan. Dan menjadi manusia yang selalu diingatkan dalam kesalahan. Amin .

    wass . .

  12. Agustian Achmady berkata:

    Ketahuilah…….! iman adalah pengaman dalam hidup kita dan kehidupan kita .
    Karena orang yang beriman akan yakin seyakin yakinnya akan setiap perbuatannya, setiap tindak tanduknya selalu diawasi oleh Allah SWT ,
    Orang yang beriman akan senantiasa mengaitkan tauhid dalam di setiap kegiatan yang dilakukannya ,..

    Ketahuilah …..!
    Kedudukan Agama tanpa Iman sangatlah menggelisahkan, karena jiwa manusia membutuhkan agama dan iman , dan membutukan kasih sayang , membutuhkan rasa aman , karena semua itu buah dari IMAN..!

  13. yunika adi setianto berkata:

    assalamualaikum.wr.wb

    sesuatu yang terpenting dalam hidup in dalam menjalani beragama haruslah memperhatikan iman dan taqwa kita terhadap Allah SWT.
    karena dengan keimanan itu akan mengantarkan kita kepada keridhoan Allah. dan dalam beriman haruslah total beriman kepada Allah.

    wassalamualaikum.wr.wb

  14. Moh Solichin berkata:

    Assalamu’alaikum wr. wb,

    Iman itu percaya tetapi juga harus yakin, Karena banyak orang yg mengatakan percaya tapi sesungguhnya dalam hatinya ia merasa tidak yakin atas kepercayaannya tersebut. Contohnya begini :
    ada 2 teman namanya ali dan shaleh, si ali adalah pemanah hebat. Dia bermaksud untuk latihan memanah tapi yg dipanah yaitu buah apel yang diletakkan diatas kepala si shaleh. Si Ali kemudian meyakinkan shalih dan akhirnya shaleh PERCAYA tapi TIDAK YAKIN.
    Di dalam sepenggal cerita diatas intinya adalah shaleh percaya bahwa ali itu pemanah hebat yg jarang meleset,tapi dia tidak yakin atas usaha ali memanah apel yg ada diatas kepalanya.
    Oleh karena itu kita harus percaya dan juga harus yakin tentang adanya Allah S.W.T dan selalu bertaqwa kepada-Nya.

    Wassalam’alakium wr.wb.

  15. M ZAENAL MUTAKIN berkata:

    Assalamualaikm Wr Wb.
    Iman dapat diwujudkan dalam dua hal yaitu dlam bentuk lisan dan dalam perbuata., dalam bentuk lisan yaitu dengan mengucap dua kalimah syahadat serta meyakini dalam hati.,
    sedangkan dalam bentuk perbuatan dapat kita wujudkan dengan melaksanakan segala kewjiban yang telah diperintahkan oleh Allah serta menjauhi larangan-Nya
    Wassalamualaikm Wr Wb

  16. misrandi berkata:

    Assalamu’alaikum wr.wb. …..
    Iman artinya ialah percaya.
    Kepercayaan harus lah diimbangi dengan perbuatan atau tingkah laku. Tapi banyak orang yang hanya bicara masalah percaya lewat mulut saja, tidak bisa menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
    Dan hal tersebut membuat orang lain salah dalam menafsirkan apa itu percaya..

    sedangkan dalam bentuk perbuatan dapat kita wujudkan dengan melaksanakan segala kewjiban yang telah diperintahkan oleh Allah serta menjauhi larangan-Nya

    Wassalamu’alaikum wr.wb. ….

  17. syafiq syaifuddin berkata:

    Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatu.
    Orang yang beriman ialah orang yang percaya, mengaku dan beramal. Tanpa tiga syarat ini, seseorang itu belumlah dikatakan beriman yang sempurna.
    Ketiadaan satu dari yang tiga itu, sudah lainlah nama yang Islam berikan pada seseorang itu, yaitu fasik, munafik atau kafir.
    mudah-mudah kita slalu dalam keimanan dan ketakwaan.amin.
    banyak orang di dunia ini yang mengaku beriman . Namun banyak diantara mereka yang tidak percaya , tidak yakin dengan apa nikmat yang diberikan oleh Allah SWT baik berupa cobaan ataupun kesenangan . Sebagai manusia yang beriman tentunya kita lebih banyak bersyukur atas apa yang diberikan.
    Iman bukan hanya terucapkan secara lisan saja. Namun juga dibuktikan dengan perbuatan yang nyata. semoga kita umat Islam selalu berada di dalam keimanan dan ketakwaan. Dan menjadi manusia yang selalu diingatkan dalam kesalahan. Amin .

  18. muh.taufik ramadhani berkata:

    tapi saya masih pusing……

    ap kah neraka itu kekal???

    maaf pernah saya membaca klo neraka itu kekal dan klo masuk berarti dah masuk…

    mohon penjelasan lebih lanjutnya pak???

  19. Dwi Yoga Rendi Prabowo berkata:

    Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.

    Orang yang beriman ialah orang yang sangat percaya, mengaku dan meyakini serta beramal. Tanpa 4 syarat ini, seseorang itu belumlah dikatakan beriman yanghakiki dan sempurna.
    Ketiadaan satu dari yang empat itu, sudah lainlah nama yang Islam berikan pada seseorang itu, yaitu fasik, munafik atau kafir karena mereka adalah orang-orang yang akan masuk neraka.
    mudah-mudah kita slalu dalam keimanan dan ketakwaan dan selalu mendapat hidayah dan lindungan dari Alloh SWT.amin.
    wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

  20. uut aguns septiarto berkata:

    Assalmu’alikum
    Iman (bahasa Arab:الإيمان) secara etimologis berarti ‘percaya’. Perkataan iman (إيمان) diambil dari kata kerja ‘aamana’ (أمن) — yukminu’ (يؤمن) yang berarti ‘percaya’ atau ‘membenarkan’.
    Perkataan iman yang berarti ‘membenarkan’ itu disebutkan dalam al-Quran, di antaranya dalam Surah At-Taubah ayat 62 yang bermaksud: “Dia (Muhammad) itu membenarkan (mempercayai) kepada Allah dan membenarkan kepada para orang yang beriman.” Iman itu ditujukan kepada Allah , kitab kitab dan Rasul. Iman itu ada dua Iman Hak dan Iman Batil.

Tinggalkan Balasan ke uut aguns septiarto Batalkan balasan